Selasa, 25 Februari 2014

TUGAS SEMANTIK

ANALISIS STILISTIKA GURINDAM DUA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang dan Masalah
1.1.1        Latar belakang

            Karya sastra merupakan karya kreatif dan imajinatif manusia yang diekspresikan melalui tulisan dengan bahasa-bahasa yang indah. Menurut Hamidi (2001:7) “ Karya sastra ialah kreatif imaginatirf yaitu karya yang mempunyai bentuk sedemikian rupa, sehingga unsure-unsur estetika nya mempunyai bagian yang domain. Nilai estetis sangat dibutuhkan dalam berbentuk karya sastra yang baik. Sastra yang dibuat oleh pengarang dengan tingkat kreatif yang tinggi, menghasilkan sebuah karya yang sarat akan nilai estetika. Oleh karena itu, pengarang akan menghasilkan suatu karya yang unggul dari segi isi dan bentuknya, sehingga dapat menarik minat pembaca untuk membaca karya tersebut.
            Karya sastra adalah ungkapan perasaan seseorang yang dapat terinspirasi dari berbagai hal yang dilihat serta dirasakan oleh pengarang. Menurut Jakob dan Saini (1994:3) “Sastra adalah ungkapan pribadi maqnusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran yang bahwa karya sastra merupakan ungkapan pribadi seseorang manusia yang erat kaitannya dengan fenomena masyarakat yang dikemas sedemikian rupa dengan menggunakan bahasa sebagai penyalurnya.
            Menurut Mana Sikana (2005:386) pendekatan stilistika ini membicarakan aspek penggunaan bunyi atau fonologi , penggunaan perkataanj, diksi atau leksikal, pembentukan ayat atau struktur sintaksis, kajian terhadap makna atau semantik, penelitian terhadap unsur-unsur drama bahasa dramatik, dan melihat gaya bahasa individualisme.
            Pada tradisi Melayu, gurindam digunakan untuk menyampaikan tunjuk ajar dalam kehidupan. Gurindam yang sangat popular dalam sastra melayu lama adalah gurindam . dua belas yang di karang oleh Raja Ali Haji.  Menurut Hasan Junus (2002: 170) “Gurindam dua belas selesai ditulis oleh Raja Ali Haji di pulau Penyengat pada 23 Rajab 1263 Hijjah atau tahun 1846. Ketika itu sang pengarang berusia kira-kira 38 tahun. “
            Dikatakan gurindam dua belas, karena terdiri dari dua belas pasal. Setiap pasal terdiri dari beberapa bait dan pada setiap baitnya terdiri dari dua baris. Jumlah bait dalam setiap pasal berbeda-beda. Jumlah baitnya antara lain lima, enam,tujuh, dan sebelas bait. Pasal yang terdiri dari pasal satu, lima, dan sebelas. Pasal yang memiliki jumlah baitnya tujuh yaitu pasal tiga, delapan, dan pasal tujuh, jumlah baitnya mencapai sebelas bait.
            Gurindam dua belas memiliki nilai serta makna yang dapat dipetik untuk dijadikan sebagai petunjuk dan nasihat dalam menjalani kehidupan dalam tradisi melayu. Gurindam dua belas berikan hal-hal yang menyangkut ajaran agama islam, kewajiban orang tua kepada anak dan sebaliknya kewajiban anak kepada orang tua, sifat-sifat masyarakat, dan petunjuk-petunjuk yang diridhoi Allah SWT. Oleh sebab itu, gurindam dua belas ini sangat patut dicontoh dan isinya implikasiukan dalam kehidupan sehari-hari.
            Gurindam dua belas menarik untuk diteliti karena bahasa yang ada dalam gurindam dua belas dalam gurindam dua belas keunikan terdiri yang bahasa yang digunakan memiliki nilai estetika yang tinggi. Selain daripada itu, kqarya sastra yang satu ini mampu memikat para pembacanya dari abad ke 19 hingga saat ini. Hal ini membuktikan bahwa karya sastra yang satu ini tak lekang dimakan waktu, hingga kini masih saja tetap diminati para pembaca. Meskipun sudah berabad-abad itu di tulis oleh Raja Ali Haji untuk masyarakat melayu pada saat itu, namun masyarakat. Gurindam dua belas juga dijadikan sebagai materi pembelajaran pada mata pembelajaran bahasa Indonesia kelas XII tingkat sekolah menengah atas.
            Gurindam dua belas merupakan puisi lama yang bersifat didaktik, artinya di dalam gurindam dua belas sarat akan pelajaran. Ditulis dengan menggunakan pilihan kata yang tepat, dan nasihat yang disampaikan secara lugas sehingga membuat gurindam dua belas yang ditulis oleh Raja Ali Haji memiliki gaya bahasa yang tinggi serta sarat akan makna.
            Nasihat-nasihat yang disajikan Raja Ali Haji melalui gurindam dua belas, disajikan dengan melihat fenomena yang ada pada masyarakat melayu semasa itu. Hal yang menarik sebuah gurindam dua belas yaitu keindahan yang dapat dilihat aspek makna kata serta gaya bahasa yang sangat khas oleh karena itu, gurindam dua belas patut dan menarik untuk diteliti dari aspek ilmu bahasa yaitu statiska.
            Judul penelitian ini dalah “Analisis Statistika Gurindam Dua Belas Karya Raja Ali Haji”. Penelitian dengan topic ini sepengetahuan penulis sudah pernah diteliti oleh Roziah tahun 2008 di FKIP UNRI yang berjudul “Mantra Berladang Padi Masyarakat Desa Bantan Air Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis ( Sebuah Kajian Slitistika).” Hasil penelitian yang dilakukan oleh Roziah yaitu Mantra Berladang Padi Masyarakat Desa Bantan Air Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis, karya akan rima, aliterasi, asonansi, dan anaphora. Mantra beladang padi ini juga dapat digunakan sebagai bahan pengajaran bahasa Indonesia. Dibandingkan dengan peneliti Roziah, peneliti yang akan penulis lakukankan sama-sama berada di ruang lingkup ilmu sastra yang menelaah stilistika dalam objek penelitiaan. Perbedaannya terletak pada : (1) objek kajiannya adalah Mantra Beladang Padi Masyarakat Bengkalis, sedangkan objek kajian penulis adalah gurindam dua belas karya Raja Ali Haji, (2) Roziah menganalisis tentang bunyi meliputi rima, sedangkan penulis meneliti gaya bahasa (3) Roziah melengkapinya penelitiannya tentang implikasi terhadap pengajaran bahasa dan sastra Indonesia, sedang penulis melengkapi penelitian dengan kajian pada makna kata. Selai itu juga, peneliti stilistika pernah diteliti oleh Nolinca pada tahun 2010 di FKIP UIR dengan judul “Analisis Stilistika Dalam Novel Lawa Karya Saidul Tombang”. Hasil penelitian Nolinca yaitu struktur kalimat yang terdapat dalam novel Lawa Karya Saidul Tombang yang mengikuti pola tata bahasa baku. Dibandingkan dengan peneliti Nolinca, peneliti yang akan penulis lakukan sama-sama beradadi ruang lingkup sastra, yaitu mengkaji gaya bahasa, sedangkan perbedaan terdapat pada (objek penelitian yang penulis teliti yaitu Gurindam Dua Belas Karya Raja Ali Haji, sedangka objek penelitian objek Nolinca yaitu novel Lawa karya Saidul Tombang (2) fokus  peneliti ini pada aspek penelitian kalimat, sedangkan focus penelitian yang penulis teliti yaitu pasa aspek makna kata dan gaya bahasa. Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian lanjut, terutama dari segi penggunaan teori sastra yaitu stilistika.
            Penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat secara teoretis, penelitian ini dapat memberikan penambahan pemahaman kita terhadap karya sastra yang ada di Indonesia dan juga sebagai perbandingan bagi peneliti yang lain yang membahas masalah yang sama. Secara praktiasnya hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam memperluas ilmu pengetahuan terhadap pembelajaran sastra-satra di sekolah khususnya para guru dan para siswa, serta dapat memperluas pengetahuan dalam masalah stilistika.

1.1.2. Masalah

            Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukan dalam latar belakang di atas maka permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1.      Makna apa sajakah yang terdapat dalam gurindam dua belas karya Raja Ali Haji? Dan gaya bahasa apa sajakah yang terdapat di dalam gurindam dua belas.

1.2. Tujuan Penelitian
      Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menelaah gurindam dua belas karya Raja Ali Haji dari perspektif stilistika.


1.3. Teknik Pengumpulan Data
      Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Dokumentasi yaitu penulis lakukan untuk mengumpulkan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini. Kegiatan ini penulis lakukan untuk mengkaji unsur stilistika yang terdapat gurindam dua belas karya Raja Ali Haji.
2.      Teknik hermeneutik yaitu teknik baca, catat dan simpulkan yang berhubungan dengan makna kata dan gaya bahasa dalam  gurindam dua belas karya Raja Ali Haji. Teknik baca yaitu membaca keseluruhan gurindam dua belas karya Raja Ali. Teknik catat yaitu teknik mencatat makna.

1.3.2. Teknik Analisia Data
            Teknik yang penulis gunakan untuk menganalisis atau mengolah data yang terkumpul dari data penelitian adalah sebagai berikut:
1.      Data yang sudah ada, dikelompokkan, diolah, dan disajikan dengan urutan-urutan masalah penelitian.
2.      Analisis teks yaitu penulis menelaah dan membahas setiap kata dalam gurindam dua belas dalam stilistika.
3.      Setelah data diolah dan dikelomopokkan sesuai dengan urutan masalah penelitian selanjutnya data tersebut disajikan bersama analisis dan interprestasinya dalam bab dan sub bab tertentu.


1.4.Kesimpulan
      Berdasarkan analisis datayang penuis paparkan pada bab-bab sebelumnya,penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan dari Gurindam dua belas karaya Raja Ali Haji. Kesimpulan yang dapat dari ilmu stilistika ada dua yaitu makna kata dan gaya bahasa.
      Makna kata yang terdapat dalam Gurindam dua belas karaya Raja Ali Haji. Ini mengandung makna denotative dan konotatif.
      Selanjutnya gaya bahasa yang digunakan dalam Gurindam dua belas karaya Raja Ali Haji ini sangat menarik dan bervariasi sehingga menimbulkan gaya tarik dari cirri khas dari Gurindam dua belas karaya Raja Ali Haji antara lain gaya bahasa aliterasi, asonasi, eufemismus, anastrof, metonomia, hiperbola, simile, paradoks,  dan sarkasme
      Menurut penulis ilmu stilistika yang digunakan dalam Gurindam dua belas karaya Raja Ali Haji, sudah cukup mengikuti aturan yang sudah dijelaskan pada teori, hal tersebut tampak pada setiap kata yang digunakan memiliki kandungan makna denotatif dan konotatif. Hanya yang sebagian yang memiliki kandungan makna konotatif dan sebaliknya memiliki makna denotatif

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar